GEDUNG Conefo dibangun
Soekarno untuk menandingi Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB). Komite Olympiade
Internasional, organ penyelenggara Olympiade dianggap hanya perpanjangan tangan
neokolonialisme dan imperialisme. Indonesia pun menginisiasi Ganefo, Games
of New Emerging Forces, perhelatan olahraga tandingan Olymiade. Dilangsungkan
di Jakarta, 11-22 November 1963, Ganefo diikuti 2.200 atlit dari 48 negara. Ada
juga yang menyebut 51 negara. Indonesia menempati urutan ketiga di bawah RRT
dan USSR, dengan perolehan medali 21 emas, 25 perak dan 35 perunggu.
Panji-panji Conefo berkibar saat Rapat Umum Front Nasional di Gelora Bung Karno, 13 Februari 1966.
Potret ini dimuat dalam buku Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat cetakan pertama karya Cindy Adams
Dari
Ganefo ke Conefo
7
Januari 1965, Indonesia keluar dari Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB), dan
menginisiasi lahirnya Conefo, Conference of The New Emerging Force.
Menurut Soekarno, Conefo adalah satu konferensi penggalangan semua tenaga
antiimperialis dari seluruh muka bumi. Conefo lebih besar daripada Asian Relations Conference yang dulu
pernah diadakan di New Delhi, lebih besar daripada Konferensi Asia Afrika di
Bandung.
"Belum
pernah di dalam sejarah pihak imperialis nanti menghadapi satu united
front antiimperialis
yang begitu besar seperti Conefo ini. United front anti imperialis yang begitu besar dari
seluruh dunia, dari seluruh muka bumi," tandas Bung Karno, 17 Agustus 1966
di Jakarta. Bagi Sang Proklamator, imperialisme yang pada hakikatnya
international hanya dapat dikalahkan dan ditundukkan dengan penggabungan tenaga
antiimperialisme yang internasional juga. Pendeknya, Conefo adalah
tandingan PBB.
Gedung
Conefo
8
Maret 1965, Bung Karno menugaskan Menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga, Mayjen
Soeprayogi (Kabinet Dwikora I) untuk membangun Gedung Conefo, proyek political
venues di Jakarta,
melalui SK Presiden No 48/1965. Setelah disayembarakan, tim dari Departemen
Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik yang dipimpin Sujudi Wirjoatmodjo, arsitek
jebolan Technische Universitat, Berlin Barat ditunjuk sebagai pelaksana.
19
April 1965, bertepatan dengan perayaan dasawarsa Konferensi Asia Afrika, acara
pemancangan tiang pertama pembangunan Gedung Conefo dihelat besar-besar. Direncanakan,
Conefo akan dilangsungkan pada 1966.
"…saya
berikan perintah kepada saudara Ir. Sutami untuk mempercepat pembangunan Gedung
Conefo. Yang tadinya saya perintahkan pembangunan ini selesai pada 19 Agustus
tahun ini saya perintahkan untuk dipercepat menjadi 31 Juli tahun ini,"
kata Presiden Soekarno saat ramah tamah dengan karyawan Komando Proyek Conefo
(Kopronef) di Istana Negara, Jakarta, 7 Februari 1966.
Prof.
Nakoela Soenarta dalam Sekelumit Sejarah Teknik Mesin FTUI menceritakan, pada 1965 dirinya ikut
ambil bagian membantu Kopronef. "Memang banyak tenaga yang dilibatkan
untuk bekerja mendirikan gedung Kopronef yang dewasa ini menjadi gedung
DPR-MPR. Banyak kenalan saya baru yang bukan dari TNI. Ada sarjana teknik, ada
sarjana hukum, ada dosen dan ada pula mahasiswa," kenangnya.
Bagaimana
proses Gedung Conefo jadi Gedung DPR RI?
Gedung
DPR
Mengenai
konsepsi Conefo, MPRS punya pendapat bahwa "pada prinsipnya gagasan
penggalangan kekuatan progresif revolusioner antiimperilisme dan kolonialisme
adalah gagasan yang luhur, yang harus ditingkatkan realisasinya" Soekarno
pun menyahut, "justru itulah yang saya kerjakan siang dan malam." Sebelum
pidato 17 Agustus 1966, di depan DPR GR, Bung Karno menyatakan mimpinya; di
dalam Gedung Conefo yang megah yang sedang dibangun dengan banyak rintangan,
maka sesudah dipakai untuk Conefo, dapat digunakan untuk keperluan-keperluan
lain. "Untuk konferensi-konferensi internasional, untuk parlemen,
untuk MPRS, atau lain-lain yang penting," tuturnya.
Apa
hendak dikata, haluan berubah. Soekarno kian hari kian dilemahkan. Pada 9
November 1966, Jendral Soeharto--kemudian jadi Presiden Indonesia menggantikan
Soekarno--mengeluarkan instruksi bahwa proyek political venues tetap dilanjutkan. Tapi, untuk
Gedung DPR/MPR RI. Komando Proyek Conefo (Kopronef) pun dibubarkan. Lalu
dibentuk badan pelaksana baru dengan nama Proyek Pembangunan Gedung DPR/MPR
RI.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar