20.12.15

Gedung DPR/MPR rencana awal untuk menyaingi PBB

GEDUNG Conefo dibangun Soekarno untuk menandingi Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB). Komite Olympiade Internasional, organ penyelenggara Olympiade dianggap hanya perpanjangan tangan neokolonialisme dan imperialisme. Indonesia pun menginisiasi Ganefo, Games of New Emerging Forces, perhelatan olahraga tandingan Olymiade. Dilangsungkan di Jakarta, 11-22 November 1963, Ganefo diikuti 2.200 atlit dari 48 negara. Ada juga yang menyebut 51 negara. Indonesia menempati urutan ketiga di bawah RRT dan USSR, dengan perolehan medali 21 emas, 25 perak dan 35 perunggu.
Panji-panji Conefo berkibar saat Rapat Umum Front Nasional di Gelora Bung Karno, 13 Februari 1966. 
Potret ini dimuat dalam buku Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat cetakan pertama karya Cindy Adams

Dari Ganefo ke Conefo
7 Januari 1965, Indonesia keluar dari Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB), dan menginisiasi lahirnya Conefo, Conference of The New Emerging Force. Menurut Soekarno, Conefo adalah satu konferensi penggalangan semua tenaga antiimperialis dari seluruh muka bumi. Conefo lebih besar daripada Asian Relations Conference yang dulu pernah diadakan di New Delhi, lebih besar daripada Konferensi Asia Afrika di Bandung. 
"Belum pernah di dalam sejarah pihak imperialis nanti menghadapi satu united front antiimperialis yang begitu besar seperti Conefo ini. United front anti imperialis yang begitu besar dari seluruh dunia, dari seluruh muka bumi," tandas Bung Karno, 17 Agustus 1966 di Jakarta. Bagi Sang Proklamator, imperialisme yang pada hakikatnya international hanya dapat dikalahkan dan ditundukkan dengan penggabungan tenaga antiimperialisme yang internasional juga. Pendeknya, Conefo adalah tandingan PBB.
Gedung Conefo
8 Maret 1965, Bung Karno menugaskan Menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga, Mayjen Soeprayogi (Kabinet Dwikora I) untuk membangun Gedung Conefo, proyek political venues di Jakarta, melalui SK Presiden No 48/1965. Setelah disayembarakan, tim dari Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik yang dipimpin Sujudi Wirjoatmodjo, arsitek jebolan Technische Universitat, Berlin Barat ditunjuk sebagai pelaksana. 
19 April 1965, bertepatan dengan perayaan dasawarsa Konferensi Asia Afrika, acara pemancangan tiang pertama pembangunan Gedung Conefo dihelat besar-besar. Direncanakan, Conefo akan dilangsungkan pada 1966. 
"…saya berikan perintah kepada saudara Ir. Sutami untuk mempercepat pembangunan Gedung Conefo. Yang tadinya saya perintahkan pembangunan ini selesai pada 19 Agustus tahun ini saya perintahkan untuk dipercepat menjadi 31 Juli tahun ini," kata Presiden Soekarno saat ramah tamah dengan karyawan Komando Proyek Conefo (Kopronef) di Istana Negara, Jakarta, 7 Februari 1966.
Prof. Nakoela Soenarta dalam Sekelumit Sejarah Teknik Mesin FTUI menceritakan, pada 1965 dirinya ikut ambil bagian membantu Kopronef. "Memang banyak tenaga yang dilibatkan untuk bekerja mendirikan gedung Kopronef yang dewasa ini menjadi gedung DPR-MPR. Banyak kenalan saya baru yang bukan dari TNI. Ada sarjana teknik, ada sarjana hukum, ada dosen dan ada pula mahasiswa," kenangnya.
Bagaimana proses Gedung Conefo jadi Gedung DPR RI?
Gedung DPR
Mengenai konsepsi Conefo, MPRS punya pendapat bahwa "pada prinsipnya gagasan penggalangan kekuatan progresif revolusioner antiimperilisme dan kolonialisme adalah gagasan yang luhur, yang harus ditingkatkan realisasinya" Soekarno pun menyahut, "justru itulah yang saya kerjakan siang dan malam." Sebelum pidato 17 Agustus 1966, di depan DPR GR, Bung Karno menyatakan mimpinya; di dalam Gedung Conefo yang megah yang sedang dibangun dengan banyak rintangan, maka sesudah dipakai untuk Conefo, dapat digunakan untuk keperluan-keperluan lain. "Untuk konferensi-konferensi internasional, untuk parlemen, untuk MPRS, atau lain-lain yang penting," tuturnya. 

Apa hendak dikata, haluan berubah. Soekarno kian hari kian dilemahkan. Pada 9 November 1966, Jendral Soeharto--kemudian jadi Presiden Indonesia menggantikan Soekarno--mengeluarkan instruksi bahwa proyek political venues tetap dilanjutkan.  Tapi, untuk Gedung DPR/MPR RI. Komando Proyek Conefo (Kopronef) pun dibubarkan. Lalu dibentuk badan pelaksana baru dengan nama Proyek Pembangunan Gedung DPR/MPR RI. 

Tidak ada komentar:

Featured Post

UJIAN SUSULAN AMAYO

Mata Kuliah: Pendidikan Kewarganegaraan Petunjuk: Boleh dikerjakan tidak urut, jawaban saudara kumpulan di tempat Pak Yudha Pra...